Saat Rumah Menyambutku dengan Paha yang Terbuka (Glorious Homecoming)
Sinopsis:
Aku tak pernah benar-benar pulang.
Meski langkahku kembali menyusuri jalan tanah ke rumah tua itu, hatiku masih digelayuti oleh kenangan yang basah dan luka yang belum kering.
Dia berdiri di ambang pintu. Tak bertanya. Tak menangis. Hanya memandangku seperti waktu tak pernah bergerak. Gaun tipisnya mengejek malam, dan hawa tubuhnya jauh lebih hangat dari udara sore yang turun perlahan.
Rumah ini… tak banyak berubah. Lantainya masih berderit pelan, dindingnya masih menyimpan suara-suara yang seharusnya telah lenyap. Tapi yang paling tak berubah adalah dia—perempuan yang pernah kutinggalkan tanpa pamit, yang kini berdiri di depan ranjang kami… dengan bahasa tubuh yang tak memerlukan kata.
Tatapannya memanggilku. Tubuhnya membuka pintu kedua—yang tak terkunci sejak aku pergi.
Dan malam itu, rumah menyambutku bukan dengan peluk, bukan dengan kata maaf, tapi dengan kehangatan yang lebih jujur dari apa pun yang pernah kami ucapkan.
Karena ada rindu yang tak bisa dituliskan. Ada tubuh yang menyimpan tempat pulang, bahkan ketika nama kita tak lagi terikat di lembaran resmi.
Dan di antara lipatan seprai dan sisa rasa, aku tahu: rumah itu… selalu menungguku. Dengan paha yang terbuka, dan hati yang belum selesai menolak.
