Tapi Lidahmu Tak Dilarang Masuk (No Men Allowed)
Asrama itu punya satu aturan mutlak: “No Men Allowed.”
Tak ada cowok yang boleh masuk. Tapi siapa bilang mereka butuh cowok… kalau yang mereka cari adalah kelembutan, kecapan, dan gesekan dari sesama perempuan?
Malam-malam sunyi jadi ajang petualangan. Di balik pintu kamar bernomor 206, bra berserakan, bibir saling bertaut, dan tangan menjelajah ke tempat paling basah.
“Kita nggak butuh mereka… Lidah kita jauh lebih tahu titik nikmat masing-masing.”
Satu di antara mereka pemalu, yang satu dominan dan haus sentuhan. Tapi ketika tubuh bersentuhan dan keluhan terlepas, semua jadi liar—rambut ditarik, jari dimainkan, dan suara desahan memenuhi ruangan.
Ranjang sempit pun cukup—asal ada satu yang siap berlutut, dan satu yang membuka paha tanpa ragu.
“Jangan teriak terlalu keras… atau kita ketahuan.”
“Biarin… biar mereka tahu… kenikmatan nggak selalu datang dari laki-laki…”
Di tempat yang dilarang untuk pria, justru gairah meledak tanpa batas.
Karena di kamar yang bertuliskan “No Men Allowed”, justru ada kenikmatan yang tak bisa pria berikan…