Rawat Inap dengan Servis di Bawah Selimut (Night Hospital)
Awalnya ia hanya datang untuk dirawat karena cedera ringan. Tapi sejak malam pertama, ia menyadari ada yang aneh dengan pelayanan rumah sakit itu. Perawat-perawatnya terlalu ramah, terlalu sering menyentuh, dan terlalu senang berlama-lama di ranjang pasien.
Malam makin larut, dan suhu tubuhnya justru naik bukan karena demam—melainkan karena perawat malam datang hanya dengan seragam tipis tanpa bra, membisikkan, “Kalau butuh apa-apa… aku bisa bantu, di bawah selimut.”
Servisnya tak hanya sekadar mengecek tekanan darah. Mereka memberinya “penghangat tubuh” langsung dari sumbernya. Giliran berganti, tapi servis tak pernah berhenti—perawat satu, dua, bahkan dokter jaga ikut turun tangan.
Di rumah sakit itu, rawat inap berarti rawat kenikmatan, dan setiap malam menjadi pesta diam-diam yang tak pernah tercatat di laporan medis.