Ruang Interogasi Terakhirku Adalah Ranjang (Kengensenu Mono o Wakarase)
Dia tidak mengaku di ruang interogasi.
Tidak di bawah cahaya putih yang dingin, bukan di depan rekaman suara, bukan pada lembaran laporan. Dia terlalu tenang. Terlalu percaya diri. Terlalu… menantang.
Tapi dia lupa satu hal: tidak semua kebenaran dipaksa keluar dengan kata-kata. Beberapa hanya bisa digali lewat getar napas, lewat peluh di kulit, lewat mata yang tak bisa lagi berpura-pura saat dunia menyempit menjadi satu ranjang… dan satu tubuh yang memimpin permainan.
Ia dipindahkan ke ruangan yang tidak tercatat dalam protokol. Tanpa cermin satu arah. Tanpa kamera. Hanya seprai, dinding sunyi, dan dia—interogator yang tak memakai seragam, tapi tahu pasti bagaimana membuat siapa pun “mengaku”… bahkan sebelum ditanya apa pun.
Setiap sentuhan adalah pertanyaan. Setiap erangan adalah jawaban.
Dan dalam kamar itu, kebenaran bukan dipaksa—tapi dirangsang keluar, perlahan… hingga tak ada lagi yang bisa disembunyikan.